Kenyamanan vs Keamanan

Presiden Direktur PT ITSEC Asia, Andri Hutama Putra. | Foto: Arsip pribadi

Saat ini, kita dianugerahi kemudahan dan kenyamanan untuk dapat melakukan berbagai kegiatan secara digital, seperti perbankan, berbelanja, hiburan dan berkomunikasi dapat dilakukan secara mudah dan cepat melalui internet. Namun aktivitas pertukaran data dan informasi yang tinggi dalam berinternet menjadikan data atau informasi menjadi rawan disalahgunakan untuk kejahatan digital. Sehingga seharusnya masyarakat juga perlu memperhatikan aspek keamanan dibanding dengan faktor kenyamanan semata.

Menurut laporan F5 berjudul Curve of Convenience 2020: The Privacy-Convenience Paradox, yang menyurvei terhadap 4.100 responden di Asia Pasifik (703 responden dari Indonesia), menunjukkan bahwa sebanyak 96 persen responden memilih kenyamanan penggunaan yang mulus dibanding dengan keamanan data saat berinternet atau membuka aplikasi.

Hal ini menunjukkan bahwa konsumen masih lebih mementingkan faktor kenyamanan dibanding keamanan, padahal sekarang ancaman kejahatan digital semakin meluas yang tidak hanya menyasar sektor keuangan atau kegiatan transaksi, tapi juga penyalahgunaan data yang juga dapat dimanfaatkan pelaku untuk meraup keuntungan, seperti penipuan dengan pemalsuan data.

Dalam laporan yang sama juga disebutkan hanya 25 persen responden yang meyakini bahwa perlindungan data merupakan tanggung jawab pribadi pengguna internet. Sementara sebanyak 43 persen responden berharap perusahaan melindungi data mereka, dan 32 persen responden meyakini hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah. Survei tersebut menunjukan bahwa perusahaan dan pemerintah dituntut untuk menjadi penanggung jawab utama dalam melindungi data pribadi.

Regulasi pemerintah dan kepatuhan perusahaan terhadap kebijakan kemanan data konsumen memang perlu diperketat seiring dengan meningkatnya aktivitas digital, tapi pencegahan penyalahgunaan data pribadi juga perlu dimulai dari tanggung jawab pribadi karena seringkali hal tersebut juga terjadi akibat kelalaian pengguna dalam berinternet.

Pedang bermata dua

Kemudahan yang ditawarkan berbagai aplikasi masa kini ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi kita dapat dengan mudah melalukan berbagai aktivitas secara digital dengan nyaman di mana saja dan kapanpun. Namun, perlu disadari bahwa pemanfaatan teknologi digital selain memudahkan kita dalam akses data, juga memungkinkan pencuri untuk mengintai data atau informasi pribadi kita secara mudah. Oleh karena itu, faktor kenyamanan dalam berinternet jangan sampai menjadi kebablasan dengan mengabaikan perlindungan data kita yang juga merupakan tanggung jawab masing-masing pribadi.

Dengan dalih “malas/ribet” dan cari nyamannya saja, seringkali masyarakat mengabaikan fitur-fitur kemananan yang sebenarnya sudah tersedia. Sebagai contoh:

Password yang ringkas – menggunakan kata sandi yang ringkas agar gampang diingat justru akan mempermudah pelaku pembobol akun. Membuat kata sandi sebaiknya merupakan kode unik yang tidak gampang ditebak.

Tidak melakukan log out – kebiasaan tidak melakukan keluar (log out) pada aplikasi atau web juga sangat riskan terhadap akses yang tidak diinginkan. Misalnya, tidak melakukan log out pada aplikasi dompet digital, maka jika perangkat kita dipegang oleh orang lain pelaku akan dengan mudah masuk dan melakukan transaksi.

Tidak mengaktifkan fitur Two Factor Authentication (2FA) – langkah ini memang memperpanjang proses log in atau verifikasi, namun sebenarnya penting untuk menjaga akses dan otoritas. 

Mengabaikan kebijakan privasi  aplikasi – melewatkan membaca keamanan privasi atau asal melakukan persetujuan akses aplikasi terhadap data dalam perangkat kita, juga membuat data kita menjadi rentan untuk diakses dan disalahgunakan.

Tidak mengaktifkan notifikasi – dengan tidak mengaktifkan notifikasi transaksi misalnya, maka akan menghilangkan kesempatan kita untuk cepat mengetahui jika ada transaksi yang mencurigakan.

Di zaman yang serba mudah ini, kita semua perlu tetap cerdas berperilaku di ranah digital dan sadar mengenai berbagai implikasi yang timbul karena aktivitas online kita. Gunakan berbagai kemudahan dan kenyamanan digital untuk meringankan aktivitas, namun tetap jagalah kemananan data dan informasi pribadi kita untuk menghindari penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak diinginkan.

Tantangan

Faktor kenyamanan dalam berinternet sudah semestinya dilihat secara berimbang terhadap keamanan perlindungan data, dimulai dari tanggung jawab masing-masing pribadi. Kehati-hatian dalam berinternet, menggunakan aplikasi, dan bertransaksi digital perlu ditingkatkan dalam rangka menjaga keamanan, di mana diperlukan sedikit kompromi dengan faktor kenyamanan yang diinginkan.

Di sisi lain kenyamanan memang sudah menjadi karakter utama digitalisasi dan tentu menjadi tuntutan ketika konsumen memanfaatkan teknologi yang ditawarkan perusahaan atau organisasi. Sedangkan tanggung jawab dan kepatuhan perusahaan terhadap kebijakan keamanan privasi juga mutlak dilakukan. Dalam hal ini pemerintah melalui instansi-instansi terkait sendiri juga telah mengeluarkan dan terus mencanangkan peraturan kebijakan kerahasiaan data dan perlindungan data pribadi.

Perusahaan atau organisasi yang memberikan layanan secara digital juga perlu menyeimbangkan kebutuhan kenyamanan dan keamanan yang ada. Misalnya dalam hal halaman pendaftaran pengguna, perusahaan perlu cermat dalam proses meminta pengisian data karena walaupun verifikasi pengguna diperlukan namun halaman pendaftaran yang terlalu panjang tentu meningkatkan potensi kehilangan konsumen sejak di tahap awal, di sisi lain pertanggungjawaban terhadap data yang dikumpulkan juga perlu dijaga.

Perusahaan-perusahaan juga perlu memperhatikan adanya fitur keamanan seperti notifikasi transaksi atau akses mencurigakan untuk membantu meminimalisir pembobolan, disamping juga harus meningkatkan layanan konsumen agar pemecahan masalah jika ada pemblokiran tidak terlalu rumit. Fitur verifikasi identitas seperti pengenalan wajah walaupun memerlukan teknologi dan keahlian yang tinggi sedikit banyak telah membantu kenyamanan dalam pengalaman pelanggan.

Tantangan mengembangkan literasi digital saat ini semestinya tidak terbatas pada pemanfaatan digital demi kenyamanan, namun harus meliputi juga aspek menjaga keamanan informasi di ranah digital. Sosialisasi dan edukasi mengenai kemanan digital perlu ditingkatkan baik dari sisi perilaku konsumen, perusahaan dengan karyawan internal, atau instansi dengan anggota organisasi. Tanggung jawab dan kerja bersama semua pihak termasuk perusahaan atau organisasi, pemerintah dan juga masyarakat secara pribadi merupakan kunci dalam keamanan informasi.

Penulis adalah seorang ahli kemanan siber yang menjabat sebagai Presiden Direktur PT ITSEC Asia, perusahaan layanan keamanan informasi yang beroperasi di Asia Pasifik.